Senin, 25 Desember 2017

Khulafaur Rasyidin




Gambar apakah itu ? Bagaimana perasaan kalian setelah melihat gambar tersebut ?

Setelah meninggalnya nabi, terdapat sesosok tokoh yang harus kita ketahui. Untuk mengetahui siapakah tokoh itu, mari kita pelajari materi berikut.



 Khulafaur Rasyidin

Khulafaur rasyidin berasal dari kata khulafa' dan ar rasyidin. Kata khulafa merupakan jamak dari khalifah yang berarti pengganti, sedangkan ar rasyidin berarti mendapat petunjuk. Jadi, khulafaur rasyidin berarti para pengganti rasulullah yang mendapat petunjuk.
Para khalifah tidak menggantikan Rasulullah sebagai nabi. Tugas utama mereka sebagai pemimpin agama adalah memimpin shalat dan khotbah jumat di masjid Nabawi. Selain itu, para khalifah juga menjadi kepala negara dan panglima pasukan islam.


Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq
Abu bakar ash shiddiq lahir di mekkah pada tahun 573M. Nama aslinya Abdul Ka'bah. Ayahnya bernama Abi Quhafah bin Amir, ibunya bernama Ummu Khair Salma binti Shakhr.
Abu bakar dikenal sebagai anak yang baik, jujur, lemah lembut, dan sabar. Sejak kecil abu bakar sudah bersahabat dengan rasulullah. Mereka sama-sama membenci minuman keras dan berhala. Oleh karena itulah, Abu Bakar segera menyambut ajakan Rasulullah untuk memeluk Islam.
Oleh rasulullah, nama Abdul Ka’bah diganti dengan Abdullah. Nama Abu Bakar adalah nama julukan. Abu Bakar termasuk golongan Assabiqunal Awwalun, yaitu orang yang pertama kali masuk Islam. Abu artinya bapak, dan Bakar artinya segera. Abu Bakar merupakan orang dewasa pertama yang masuk Islam setelah diajak oleh Rasulullah saat beliau menikah dengan putri Abu Bakar, yaitu Aisyah RA.

Kepribadian Abu Bakar

  • Abu bakar terkenal sebagai seseorang yang berbudi luhur, kaya namun tetap dermawan, sangat menyayangi anak yatim dan fakir miskin, namun kehidupannya tetap sederhana. Ia banyak memberikan hartanya untuk kepentingan agama Islam.

Abu bakar juga banyak membebaskan budak yang disiksa oleh majikannya karena memeluk agama Islam. Beberapa diantaranya adalah Labibah, budak dari Bani Muammal bin Habib Ady; Abu Fukaihah, budak dari Sofyan bin Umayah; Amir bin Fuhairah, budak dari Thufail bin Abdullah; dan Bilal bin Rabbah, budak dari Umayah bin Khalaf.
Karena kepandaian dan pengetahuan yang dimiliki Abu Bakar sangat luas, Rasulullah dan kaum Muslimin sering meminta pendapatnya dalam memutuskan sesuatu. Selain itu, ia juga terkenal pandai berbicara di depan umum. Ia paling mengerti tentang Al-Qur’an dan paling baik bacaannya sehingga Rasulullah memberi kepercayaan kepadanya untuk menjadi imam shalat saat beliau sakit.


Abu Bakar Ash-Shiddiq Menerima Berita Isra’ Mi’raj
Abu bakar mendapat gelar ash shidiq yang artinya membenarkan atau mengakui. Hal ini karena abu bakar selalu mendukung segala tindakan Rasulullah dan selalu mempercayai ucapan beliau, seperti pada saat peristiwa isra' mi'raj. Banyak yang mengatakan beliau gila. Bahkan, ada sebagian umat muslim yang kembali murtadz. Akan tetapi, Abu Bakar mempercayai kebenaran peristiwa Isra' Mi'raj.  Oleh karena itu, Rasulullah memberinya gelar As-Shiddiq.

Kesabaran Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Menemani Rasulullah Hijrah ke Madinah

Abu bakar selalu menemani rasulullah dalam segala keadaan, termasuk saat hijrah.



Saat bersembunyi di gua tsur, abu bakar masuk gua tersebut dan memastikan gua bersebut bersih dan aman, baru mempersilahkan Rasulullah masuk. Rasulullah kemudian tidur dipangkuan Abu Bakar. Saat mereka istirahat, Abu Bakar merasakan kakinya sakit seperti disengat hewan. Akan tetapi, ia tidak bergerak ataupun merintih karena takut membangunkan Rasulullah.
Karena menahan sakitnya, Abu Bakar tidak sengaja meneteskan air mata yang jatuh ke wajah Rasulullah SAW. Hal tersebut membangunkan Rasulullah sehingga beliau bertanya, “Mengapa kamu menangis?” Abu Bakar  menjawab, “Karena kakiku disengat hewan”. Rasulullah bertanya, “Mengapa kamu tidak mengatakannya kepadaku?” Abu Bakar menjawab, “Aku takut membangunkanmu, ya Rasulullah”. Begitulah gambaran rasa sayang Abu Bakar kepada Rasulullah SAW dan kesabarannya dalam melindungi beliau.

Abu Bakar Ash Shiddiq Diangkat menjadi Khalifah
Sebelum meninggal dunia, Rasulullah tidak meninggalkan pesan apapun tentang pengganti beliau. Hal ini menimbulkan perbedaan pendapat tentang pengganti rasulullah.
Terdapat tiga golongan yang menginginkan jabatan khalifah. Kaum Anshar mengusulkan Sa’ad bin Ubadah menjadi khalifah, kaum muhajirin mengusulkan Abu Bakar Ash Shiddiq, dan Bani Hasyim mengajukan Ali bin Abi Thalib.
Kaum Anshar saat itu mengadakan musyawarah di Balai Bani Saidah dan menetapkan Sa’ad bin Ubadah sebagai calon Khalifah pengganti Rasulullah. Mendengar berita tersebut, kaum Muhajirin yang saat itu sedang mempersiapkan pemakaman Rasulullah di Masjid Nabawi, segera mengutus Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah untuk menghadiri pertemuan itu.
Setelah menyampaikan pendapat masing-masing, kaum Anshor dan kaum Muhajirin sepakat untuk mengangkat Abu Bakar Ash Shiddiq menjadi khalifah. Setelah itu, wakil dari Anshar, yaitu Basyir bin Sa’ad dan wakil dari Muhajirin, Abu Ubaidah bin Jarrah segera membaiat atau menetapkan Abu Bakar sebagai khalifah.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Abu Bakar Ash Shiddiq menjadi khalifah karena dua faktor, yaitu sebagai berikut.
a.   Menurut pendapat umum pada waktu itu, seorang khalifah hendaklah berasal dari suku Quraisy
b.   Kaum muslimin berpendapat Abu Bakar memiliki beberapa keutamaan.
1)   Sahabat yang pertama-tama masuk Islam dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun
2)   Sahabat yang selalu membenarkan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW
3)   Sahabat yang selalu menemani dan melindungi Rasulullah pada saat hijrah
4)   Sahabat yang rela memberikan seluruh hartanya untuk kepentingan Islam
5)   Sahabat yang dipercaya oleh Rasulullah untuk menjadi Imam ketika beliau sakit.


Setelah acara pemakaman Rasulullah SAW selesai, kaum Anshar dan Muhajirin berkumpul di Masjid Nabawi. Mereka membaiat kembali Abu Bakar Ash Shiddiq di depan masyarakat umum. Dengan demikian, Abu Bakar secara resmi diangkat menjadi khalifah.

Abu Bakar Ash Shiddiq Memerangi Kaum Murtad dan Nabi Palsu
Pada masa awal pemerintahannya, Abu Bakar mengalami masa sulit. Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, muncul beberapa golongan pembangkang, yaitu golongan riddah (orang yang murtad atau keluar dari agama Islam), golongan orang yang ingkar atau tidak mau membayar zakar, dan golongan orang yang mengaku menjadi nabi.


Diantara orang-orang yang mengaku menjadi nabi adalah sebagai berikut.
1)   Musailamah Al Kadzab dari Bani Hanifah di Yamamah
2)   Sajjah bin Tamimiyah dari Bani Tamim yang akhirnya menikah dengan Musailamah Al Kadzab
3)   Thulaihah bin Khuwailid Al Asadi dari Bani Asad
4)   Aswad Al-Ansi dari Yaman
Untuk menghadapi ketiga golongan tersebut, Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat. Akhirnya, Abu Bakar memutuskan untuk memerangi mereka sampai mereka kembali kepada ajaran yang benar. Untuk keperluan itu, Abu Bakar membentuk 11 pasukan tentara yang dipimpin oleh seorang panglima. Panglima yang ditugaskan untuk memerangi golongan sesat itu adalah sebagai berikut:
1)       Khalid bin Walid, ditugaskan untuk memerangi Thulaihah bin Khuwailid Al Asadi dan para pengikutnya
2)       Ikrimah bin Abu Jahal, ditugaskan memerangi Musailamah Al Kadzab dan para pengikutnya dari Bani Hanifah di Yamamah. Oleh karena itu, perang ini dikenal dengan “Perang Yamamah”. Dalam peperangan ini, Musilamah berhasil dibunuh oleh Wahsyi bin Harb. Wahsyi adalah orang yang sebelum masuk Islam dulu membunuh Hamzah bin Abdul Mutholib dalam Perang Uhud. Hamzah bin Abdul Mutholib adalah paman Nabi.
3)       Al Muhajir bin Abi Umayah ditugaskan untuk memerangi Aswad Al-Ansi yang berada di Yaman. Aswad Al-Ansi akhirnya tewas dibunuh oleh saudara gubernur Yaman.
4)       Surahbil bin Hasanah, diperintahkan membantu pasukan Ikrimah bin Abu Jahal dalam memerangi Musailamah Al Kadzab karena pasukannya sangat kuat.
5)       Huzairah bin Muhsin Al Ghalfani, ditugaskan menghadapi penduduk wilayah Daba dan Oman pada pesisir selatan Jazirah Arab
6)       Arfajah bin Harsamah, ditugaskan memerangi para pembangkang di negeri Murrah
7)       Suwaid bin Muqran, ditugaskan untuk menghadapi kaum riddah di wilayah Tihamah Yaman.
8)       Al Ula bin Hadrami, ditugaskan menghadapi kaum riddah di wilayah Bahrain
9)       Thuraifah bin Hajiz, ditugaskan ke Bani Salim dan Hawazin
10)    Amru bin Ash, ditugaskan menghadapi suku Qudha’ah, Wadhi’ah, dan Al Harist.
11)    Khalid bin Said, ditugaskan menghadapi kaum murtad di perbatasan Syam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar